PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/11/2018 – Biro Statistik Jepang Kamis (22/November) pagi tadi melaporkan bahwa Inflasi Konsumen Inti (Core CPI)–yang tidak memperhitungkan volatilitas harga makanan segar–naik 1.0 persen sesuai ekspektasi, dalam basis year-on-year (y/y). Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, maka Core CPI Jepang untuk bulan Oktober tersebut terbilang stagnan.
Menurut analis Takeshi Minami dari Norinchukin Research Institute, data tersebut menunjukkan bahwa akan butuh waktu lama bagi inflasi Jepang untuk mencapai target BoJ 2 persen. Oleh sebab itu, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan belum bisa mengakhiri program stimulus mereka dalam waktu dekat.
USD/JPY Melemah
Data berdampak medium tersebut direspon dengan penguatan tipis oleh Yen, terbukti dengan turunnya USD/JPY sebanyak 0.05 persen ke 113.005 dalam time frame harian pada pukul 13:00 WIB. Selain itu, tekanan pada pasangan mata uang tersebut juga dipengaruhi oleh Dolar AS yang sedang melemah karena merebaknya minat risiko.
Consumer Price Index (CPI) adalah indikator fundamental yang mengukur tingkat inflasi, dan seringkali dipakai sebagai patokan untuk menentukan suatu kebijakan ekonomi yang paling efektif di suatu negara. CPI adalah perubahan harga rata-rata di tingkat konsumen pada sejumlah jenis barang dan jasa tertentu. Di Jepang ada dua rilis yang diperhatikan, yakni Tokyo CPI dan National CPI. Masing-masing data dirilis dalam dua versi, yakni CPI inti (Core) yang tidak termasuk bahan makanan dan energi, dan CPI total. Data di atas adalah data National CPI yang didasarkan atas hasil survei dari beberapa media terkemuka Jepang.